Asal-Usul Nama Pondok Gede, Kisah Balas Dendam Satpam yang Dipukuli oleh Majikan

by -35 Views
Asal-Usul Nama Pondok Gede, Kisah Balas Dendam Satpam yang Dipukuli oleh Majikan

Jakarta, CNBC Indonesia – Ini adalah kisah dari Jakarta yang kaya raya yang terlupakan. Tidak banyak orang tahu bahwa sosok ini merupakan juragan emas dan pemilik puluhan hektar tanah di Timur dan Selatan Jakarta, yang ternyata berasal dari seorang satpam. Siapakah orangnya?

Dia adalah Leendert Miero yang memiliki nama asli Jehoeve Leip Benjegiehel Snijder. Dia adalah orang Yahudi dari wilayah Rusia yang tiba di Hindia Belanda pada tahun 1775. Kedatangannya di Hindia Belanda untuk menjalani tugas sebagai tentara VOC.

Selama bertahun-tahun bertugas, keseharian Miero hanya menjaga keamanan alias satpam. Tak lebih dari itu. Namun, pada suatu hari di tahun 1778, Miero yang sedang bertugas melakukan kesalahan fatal. Kesalahan itu terjadi karena dia, yang ditugasi menjaga rumah besar nan mewah milik pejabat VOC bernama Reiner de Klerk, malah tertidur pulas.

Tak terima satpamnya melakukan kesalahan, Reiner marah dan memukuli Meiro sebanyak 50 kali. Akibatnya, Meiro pun mengerang kesakitan. Di keadaan seperti inilah, dia lantas mengeluarkan sumpah serapah dari mulutnya:

“Demi nenek moyang Abraham, Ishak dan Yakub, suatu hari saya bakal beli seluruh rumah dan tanah ini!”

Sebagaimana dipaparkan Herald van de Linde dalam Jakarta: History of Misunderstood City (2020), untuk mengejar sumpahnya itu dia pun langsung mengundurkan diri sebagai tentara dan beralih profesi sebagai pengusaha. Sebab, profesi ini jadi satu-satunya cara terbaik untuk meraih kekayaan.

Sejak itu, dia lantas berdagang emas dan membuka lapak di dekat Glodok. Selain itu, dia juga menjalani hidup menjadi rentenir. Layaknya orang Yahudi lain, dia juga punya tekad kuat untuk mencapai mimpinya. Tak peduli apapun rintangannya, dia tetap bekerja. Sampai akhirnya, dia pun menjadi kaya raya berkat konsisten jualan emas.

Menurut Adolf Heuken dalam Tempat-tempat Bersejarah di Jakarta (2016) keberhasilan memiliki banyak uang membuat Meiro mampu membeli apa yang diinginkan. Dari mulai banyak emas-berlian, tanah hingga rumah-rumah, termasuk rumah yang disebut dalam sumpahnya itu.

Ketika Meiro sudah sukses jadi juragan, si majikan yang memukulinya sudah wafat. Hanya ada istrinya saja. Alhasil, tanpa basa-basi Meiro pun segera balas dendam. Dia membeli seluruh rumah milik bekas majikannya pada 1818 dan memulai hidup sebagai kaya raya Batavia.

“Saat menguasai rumah tersebut, Meiro kerap mengadakan pesta besar tepat di hari dia menerima cambuk sebagai perayaan peringatan,” tulis Herald van de Linde.

Belakangan, selain memiliki rumah itu, pria kelahiran 22 April 1755 ini juga memiliki rumah dan tanah super luas berlokasi 25 km di selatan Batavia, milik pejabat Belanda. Di tanah itu dia memiliki rumah super besar yang sering disebut orang-orang sebagai ‘Pondok Gede’.

Orang-orang lantas mengenal dia sebagai juragan tanah dan emas. Perjalanan hidup Meiro harus berakhir pada 10 Mei 1834. Seluruh hartanya lantas dipegang oleh anak-anaknya. Kini, tanah dan rumah yang dulu ditempati oleh Meiro berubah menjadi kawasan Pondok Gede, Jakarta Timur.