Prajurit Keraton mengikuti upacara Grebeg Syawal di Masjid Agung Kauman pada 22 April 2023 di Yogyakarta, Indonesia.
Jakarta, CNBC Indonesia – Tidak ada gunanya memiliki harta banyak, jika masyarakat di sekitar masih terjerat kemiskinan dan kesengsaraan. Atas dasar ini, raja dan orang terkaya Indonesia, Sultan Hamengkubuwana IX, membagi-bagikan uang kepada rakyat selama 4 bulan lamanya.
Kisah ini terjadi pada tahun 1947 di Yogyakarta ketika Belanda ingin menjajah kembali Indonesia, atau periode Agresi Militer. Saat itu, pertempuran membuat banyak rakyat menderita. Mereka tambah miskin dan tak jarang harus kehilangan tempat tinggal.
Para pegawai negeri juga merasakan kesulitan yang sama. Sejak kedatangan Belanda, mereka praktis tidak dapat bekerja dan mendapat gaji, sehingga keluarga di rumah tidak bisa makan. Dalam situasi tersebut, rakyat berada di antara dua pilihan: tetap setia pada Indonesia meski menderita atau berpaling ke Belanda untuk hidup berkecukupan.
Dalam konteks tersebut, Sri Sultan tergerak untuk memberikan bantuan. Apalagi, dia pernah mendorong semua orang untuk memberikan bantuan dalam situasi sulit.
Sultan Hamengkubuwana IX kemudian membuka peti harta keraton dan membagi-bagikan uang kepada rakyat yang membutuhkan. Uang gulden Belanda disalurkan kepada rakyat di luar keraton dengan bantuan sekretaris pribadi dan para pejabat lainnya.
Dalam wawancara dalam buku “Takhta untuk Rakyat: Celah-Celah Kehidupan Sultan Hamengku Buwono IX” (1982), Sultan mengaku tidak mengetahui jumlah uang yang dibagikan. Sultan juga membagi-bagikan uang kepada lembaga, seperti tentara dan Palang Merah Indonesia (PMI), untuk membantu usaha mengusir tentara Belanda.
Wakil Presiden Mohammad Hatta mengingat jumlah uang yang dibagikan, sekitar 5 juta gulden, yang setara dengan puluhan miliar rupiah pada masa sekarang. Sultan terus memberikan bantuan selama 3-4 bulan kepada masyarakat Yogyakarta dan pegawai di Kesultanan.
Bagi Sultan, jumlah uang lima juta gulden hanya sedikit dari kekayaannya. Sejarah mencatat bahwa dia menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia yang menerima harta warisan dan dari sistem feodalisme kerajaan. Sebelumnya, Sultan pernah menyumbangkan 6,5 juta gulden kepada pemerintah sebagai modal awal pembentukan Indonesia, yang setara dengan 32 miliar rupiah pada masa sekarang.