PT Kereta Api Indonesia (Persero) telah menghentikan layanan Kereta Argo Parahyangan tujuan Gambir-Bandung Kota sejak tanggal 1 Februari 2025 mengikuti Grafik Perjalanan Kereta Api (Gapeka) 2025. Penghentian layanan ini mengakhiri perjalanan panjang KA Argo Parahyangan yang telah melayani penumpang antara Jakarta dan Bandung. Sebagai alternatifnya, KAI kembali menghidupkan KA Parahyangan sebagai kereta api utama yang merupakan hasil peleburan KA Argo Parahyangan dengan KA Argo Gede.
KA Parahyangan didirikan oleh pemerintah melalui Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA) pada 31 Juli 1971 untuk menghubungkan Jakarta dengan Bandung sebagai solusi transportasi. Moda transportasi ini menjadi favorit masyarakat, terutama pekerja, pedagang, dan mahasiswa yang sering bepergian antara Jakarta dan Bandung. Setelah pengoperasian perdana, KA Parahyangan langsung diminati oleh masyarakat dan secara historis memainkan peran penting sebagai moda transportasi antara kedua kota selama empat dekade.
Pada tahun 1995, muncul pesaing baru bagi KA Parahyangan yaitu KA Argo Gede yang menawarkan waktu tempuh yang lebih singkat namun dengan harga yang lebih mahal. Peresmian jalan tol Cipularang pada tahun 2005 menyebabkan penurunan minat penumpang kereta api, sehingga pemerintah memutuskan untuk meleburkan KA Parahyangan dan KA Argo Gede menjadi KA Argo Parahyangan pada tahun 2010. KA Argo Parahyangan menawarkan tiga kelas perjalanan: ekonomi, eksekutif, dan luxury, dengan fasilitas yang berbeda sesuai dengan harga tiketnya.
Pada saat ini, KA Argo Parahyangan telah dihentikan dan KA Parahyangan dihidupkan kembali oleh KAI sebagai penggantinya. KA Parahyangan akan melayani rute antara Gambir, Jatinegara, Bekasi, Karawang, Cikampek, Purwakarta, Cimahi, dan Bandung dengan layanan kelas eksekutif dan ekonomi. Dengan demikian, masyarakat dapat kembali menikmati perjalanan menggunakan Raja Rel Jakarta-Bandung yang telah mati selama 15 tahun.