Cerita Kelam Warga RI: Kisah Pencurian demi Lebaran 1930

by -52 Views

Di tengah kesulitan ekonomi, merayakan Lebaran bisa menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat yang tak punya banyak uang. Ada tuntutan untuk memenuhi kebutuhan tradisi khas Lebaran, seperti membeli baju baru, memberi ‘salam tempel’, dan memasak hidangan spesial yang hanya muncul sekali setahun. Situasi ini sering membuat masyarakat Indonesia harus mencari cara tambahan untuk mendapatkan uang. Salah satunya adalah dengan melakukan cara-cara singkat dan beresiko, seperti pencurian, demi memenuhi kebutuhan Lebaran.

Krisis Ekonomi 1930-an yang berawal dari runtuhnya Bursa Saham New York pada Oktober 1929 berdampak besar pada Indonesia. Banyak pabrik berhenti operasi, angka pengangguran meningkat, dan kemiskinan merajalela. Pemerintah kolonial saat itu terkesan abai dalam menghadapi krisis, tidak melakukan langkah antisipatif yang membuat kondisi semakin buruk.

Selama sembilan tahun krisis berkecamuk, masyarakat Indonesia harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk merayakan Lebaran dengan cermat. Walaupun sulit, tradisi mengenakan pakaian baru dan memasak hidangan khas tetap dijalani oleh masyarakat. Namun, kebutuhan ini sering membuat masyarakat terdampak krisis melihat cara cepat dengan mencuri sebagai solusi.

Kasus pencurian jelang Lebaran meningkat di berbagai kota, terutama di Jakarta, Tangerang, Lampung, Surabaya, Nganjuk, dan Purwodadi. Pelaku pencurian banyak berasal dari kalangan mantan kuli yang terkena dampak pemutusan hubungan kerja atau pemotongan gaji. Mereka tak punya pilihan lain selain mencuri untuk memenuhi kebutuhan Lebaran.

Selama periode krisis ekonomi itu, pemerintah tidak memberikan intervensi yang signifikan. Masyarakat diminta untuk hidup sederhana dan tidak boros, tetapi tidak semua masyarakat mampu melupakan tradisi Lebaran yang sudah tertanam kuat dalam budaya mereka. Itulah sejarah kelam Lebaran di masa krisis ekonomi pada tahun 1930-an di Indonesia.

Source link