Peningkatan ketegangan global belakangan ini menimbulkan kekhawatiran di banyak negara. AS kembali menaikkan tarif impor yang memicu ancaman perang dagang, terutama dengan China. Konflik Rusia-Ukraina di Eropa Timur dan ketegangan di Laut China Selatan serta agresi Israel terhadap Palestina semakin memperumit kondisi dunia. Namun, dalam situasi ini, sejarah memberikan pelajaran berharga. 70 tahun lalu, negara Asia-Afrika bersatu dalam Konferensi Asia-Afrika di Bandung untuk menghadapi kekuatan besar dunia.
Setelah Perang Dunia II, AS dan Uni Soviet berusaha memperluas pengaruh global mereka, meninggalkan tekanan pada negara baru yang merdeka. Negara-negara Asia dan Afrika mulai mencari cara untuk melepaskan diri dari dominasi ini. Lima pemimpin negara bekas jajahan, termasuk Soekarno dari Indonesia, bergabung untuk menciptakan kerjasama antarnegara yang merdeka. Inilah yang kemudian melahirkan Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada tahun 1955.
Dalam pidatonya, Presiden Soekarno menekankan pentingnya persatuan antara negara Asia dan Afrika untuk mencapai kesejahteraan. Konferensi ini menghasilkan Dasasila Bandung yang menekankan pentingnya saling menghormati, bekerjasama, dan mengakui kemerdekaan masing-masing. Negara Asia-Afrika juga sepakat untuk melakukan kerjasama ekonomi dan hilirisasi produk guna mendapat keuntungan lebih dari negara-negara besar.
Sejarawan mencatat bahwa Konferensi Asia-Afrika memberikan dampak besar dalam menunjukkan bahwa negara Asia-Afrika tidak boleh dianggap remeh. Melalui kesepakatan ini, negara Asia-Afrika mampu menjaga solidaritas ekonomi, mengurangi ketergantungan pada Blok Barat atau Blok Timur, dan meningkatkan dominasi ekonomi global.