Di tengah kisah para raja yang identik dengan kemewahan dan pesta pora, Sisingamangaraja justru tampil berbeda. Penguasa Tanah Batak yang memimpin selama 12 generasi ini dikenal sebagai salah satu tokoh paling kaya dalam sejarah Nusantara. Kekayaan Sisingamangaraja berasal dari monopoli perdagangan kapur barus, komoditas langka yang dihasilkan di Tanah Batak. Namun, dibanding hidup mewah, sang raja dan leluhurnya memilih untuk menabung emas, intan, dan batu mulia.
Menurut penulis Augustin Sibarani, para raja Sisingamangaraja sejak generasi pertama hingga generasi ke-12 mengumpulkan Blue Diamonds dari Ceylon dan Intan Ceylon sebagai tabungan, bukan untuk gaya hidup boros. Saat terjadi serangan dari Gerakan Padri pada tahun 1818, tabungan emas kerajaan Sisingamangaraja terungkap. Para penyerang berhasil mengambil semua perhiasan dan emas yang diangkut oleh 17 kuda, dengan total mencapai 1 ton emas.
Meskipun sebagian harta berhasil diselamatkan keluarga Sisingamangaraja, eksistensi Kerajaan Tapanuli dan trah Sisingamangaraja akhirnya berakhir. Kekayaan kerajaan banyak yang hilang, baik dijarah kolonial maupun dijual oleh pihak yang tidak berhak. Bahkan, kabar menyebutkan bahwa sebagian perhiasan kerajaan Batak sampai ke tangan Ratu Victoria di Inggris. Perhiasan ini disebar karena dibawa ke luar negeri oleh bekas tentara Padri yang melarikan diri.
