Kepolisian Republik Indonesia (Polri) telah menghasilkan sejumlah sosok inspiratif selama 79 tahun berdiri. Salah satunya adalah Hoegeng Imam Santoso, seorang polisi yang dikenal karena dedikasinya yang luar biasa. Pada saat kondisi keuangan negara sedang kacau 77 tahun yang lalu, Hoegeng tetap menjalankan tugasnya tanpa menerima gaji.
Ketika masih berada di Akademi Kepolisian pada tahun 1948, Hoegeng terlibat dalam penugasan di bidang intelijen di Yogyakarta. Ia dipercaya untuk mengumpulkan informasi penting dan menarik simpati tentara Belanda serta Sekutu agar berpihak kepada Indonesia. Hoegeng bahkan menyamar sebagai pelayan restoran untuk melancarkan tugasnya tanpa menerima gaji sama sekali.
Keteladanan Hoegeng tidak terbatas pada kerja tanpa gaji saja. Dia juga dikenal sebagai sosok yang sederhana, jauh dari praktik korupsi dan suap. Meskipun pernah dikirimi barang mewah oleh mafia perjudian saat bertugas di Medan, Hoegeng menolaknya dan hidup secara sederhana.
Setelah pensiun sebagai Kapolri pada tahun 1971, Hoegeng hidup tanpa harta benda. Meskipun demikian, para mantan bawahannya menghormatinya dengan memberikan mobil dan rumah sebagai penghargaan atas dedikasinya. Meskipun memperoleh bantuan tersebut, Hoegeng tetap hidup sederhana dan tidak pernah meminta-minta.
Hoegeng Imam Santoso adalah contoh nyata dari seorang polisi yang bersih, jujur, dan tegas, menjadikannya sebagai teladan bagi generasi polisi selanjutnya. Kejujuran, ketegasan, dan kesederhanaannya membawa Hoegeng tidak hanya mendapat penghargaan di masa tugasnya, namun juga setelah pensiun. Kepedulian dan integritasnya terhadap negara dan masyarakat adalah nilai-nilai yang patut dijunjung tinggi dan diperhatikan oleh generasi penerus.