Rahasia Di Balik Prestasi Pintar, Kaya, dan Sukses Orang Yahudi

by -40 Views
Rahasia Di Balik Prestasi Pintar, Kaya, dan Sukses Orang Yahudi

Ribuan orang mengantar dua rabbi Yahudi yang tewas karena COVID-19. Bicara tentang kesuksesan, menarik untuk melihat perjalanan bangsa Yahudi. Secara empiris, banyak dari mereka yang telah mencapai berbagai pencapaian. Selama abad ke-20, orang Yahudi di Barat berhasil menjadi tokoh intelektual dan menduduki posisi kelas atas dalam bidang ekonomi. Banyak dari mereka yang juga berhasil meraih penghargaan tertinggi dalam ilmu pengetahuan, yakni Nobel.

Dalam rentang waktu 1901-1962, 16% pemenang Nobel dalam bidang sains adalah orang Yahudi. Salah satu contohnya adalah Albert Einstein, fisikawan terkenal keturunan Yahudi yang meraih Nobel dalam fisika pada tahun 1921. Bahkan, berdasarkan penelitian Paul Burstein dalam bukunya “Jewish Educational and Economic Success in the United States” (2007), bangsa Yahudi di Amerika Serikat tercatat lebih sukses secara ekonomi dan pendidikan dibandingkan dengan kelompok bangsa dan ras lainnya.

Lalu, mengapa hal ini bisa terjadi? Apa rahasia kesuksesan mereka? Menurut Richard Lynn dan Satoshi Kanazawa dalam bukunya “How to explain high Jewish Achievement” (2008), salah satu faktor yang mendorong kesuksesan bangsa Yahudi adalah keberadaan nilai-nilai budaya yang kuat. Bagi keluarga Yahudi, kesuksesan adalah hal yang mutlak dan harus diraih setiap generasi. Oleh karena itu, setiap orang tua menekankan kepada anak-anaknya untuk meraih prestasi.

Usaha ini bahkan dimulai sejak bayi masih dalam kandungan, juga dikenal sebagai pendidikan prenatal. Menurut tulisan “Jewish Traditions in Pregnancy & Childbirth” (1997), ada dua hal yang dilakukan oleh orang tua Yahudi dalam pendidikan prenatal. Pertama, mereka mendengarkan musik, karena mereka percaya bahwa musik dapat merangsang kecerdasan emosional bayi. Biasanya mereka mendengarkan musik klasik. Selain itu, para ibu juga sering berbicara kepada janin, karena mereka percaya bahwa berinteraksi dengan bayi sejak dalam kandungan dapat merangsang kecerdasan emosionalnya.

Kedua, ibu bayi banyak membaca buku dan mempelajari matematika. Mereka percaya bahwa ini dapat mengembangkan kecerdasan intelektual bayi. Selain itu, para ibu juga sangat memperhatikan asupan nutrisi yang baik, seperti makanan bergizi dan sayuran. Setelah lahir, bayi selalu diberi motivasi untuk membaca, karena mereka percaya bahwa literasi adalah kunci untuk keluar dari kebodohan.

Ini telah dibuktikan sendiri oleh bangsa Yahudi berdasarkan kasus di era Kekhalifahan Islam Abbasiyah. Kala itu, mereka mengalami penghancuran kuil yang traumatis. Dari sinilah mereka merasa terdorong untuk membaca dan melepaskan diri dari buta huruf. Ketika mereka berhasil memiliki literasi dan kecerdasan yang luar biasa, mereka meninggalkan pekerjaan di sektor pertanian dan beralih fokus ke sektor literasi dan pendidikan. Mereka percaya bahwa dua hal ini akan membawa mereka pada kemakmuran dan pendapatan yang lebih baik.

Selain itu, menurut sejarawan Jerry Z. Muller dalam “Project Syndicate”, kesuksesan bangsa Yahudi juga terkait dengan pengalaman diskriminasi yang mereka alami. Diskriminasi ini kemudian mempengaruhi dua hal. Pertama, mereka memiliki hubungan yang kuat antar sesama Yahudi, yang kemudian membuka peluang rezeki. Mereka dapat membantu satu sama lain dalam memulai pekerjaan dan bisnis baru. Kedua, mereka belajar untuk mencari peluang baru yang tidak diminati banyak orang, sehingga dapat meningkatkan taraf hidup mereka. Mereka akan mendedikasikan diri sebagai pedagang atau menciptakan penemuan baru yang belum pernah terpikir sebelumnya.

Dalam hal menciptakan penemuan baru yang melibatkan kreativitas, penelitian Paul Burstein dalam “Jewish Educational and Economic Success in the United States” (2007) menyebutkan bahwa ini terjadi karena mereka skeptis terhadap ide-ide konvensional yang ada di lingkungan tempat tinggal mereka. Ketika mereka tidak menerima ide-ide tersebut, otak Yahudi imigran langsung berpikir kreatif untuk menciptakan cara baru yang kemudian merangsang kreativitas dan kecerdasan intelektual mereka. Semua ini akhirnya membawa mereka pada kesuksesan dalam meraih kekayaan dan kemudahan dalam mencari uang.

Dengan dasar ini, orang Yahudi sangat fokus pada pendidikan dan mewariskannya dari generasi ke generasi sejak dahulu hingga sekarang.