Perbandingan Antre Beras Zaman Soekarno dan Jokowi

by -63 Views
Perbandingan Antre Beras Zaman Soekarno dan Jokowi

Jakarta, CNBC Indonesia – Perubahan iklim dan cuaca telah membuat harga beras mengalami peningkatan di pasar saat ini. Hal ini menyebabkan banyak orang mengalami kesulitan karena harga makanan pokoknya berubah.

Akibatnya, banyak orang rela mengantri untuk mendapatkan beras murah dari pemerintah. Pemerintah menyediakan beras dalam program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yang dijual kepada konsumen seharga Rp 53.000 per karung 5 Kg. Harga ini jauh lebih murah dibandingkan dengan harga di pasar.

Fenomena orang mengantri untuk mendapatkan beras mengingatkan pada kejadian pada masa lampau, khususnya di masa akhir kekuasaan Soekarno. Namun, penyebabnya saat ini bukanlah perubahan iklim, melainkan kebijakan politik pada masa tersebut.

Masa-masa sulit itu terjadi sejak dekade 1960-an. Pada masa itu, Presiden Soekarno menerapkan kebijakan ekonomi terpimpin di mana semua hal yang berkaitan dengan ekonomi dikendalikan oleh negara. Hal ini membuat rakyat tidak bisa berbuat banyak.

Boediono dalam bukunya “Ekonomi Indonesia” (2017) menjelaskan bahwa semua kebijakan pembangunan didasarkan pada kepentingan politik, bukan ekonomi. Akibatnya, kondisi ekonomi Indonesia mulai memburuk secara perlahan.

Selain itu, pada dekade 1960-an, Soekarno juga terlibat dalam perang melawan Belanda untuk merebut Irian Barat dan perang melawan Malaysia. Kedua peristiwa non-ekonomi tersebut menghabiskan anggaran belanja negara. Akibatnya, rakyat menjadi korban.

Seorang jurnalis dan saksi sejarah kejadian tersebut, Rum Aly, dalam bukunya “Titik Silang Jalan Kekuasaan Tahun 1966 Mitos dan Dilema” (2006:87) menggambarkan bahwa periode tersebut adalah tahun-tahun sulit bagi masyarakat.

Kenaikan harga beras disebabkan oleh menipisnya stok barang, termasuk beras sebagai makanan pokok. Beras saat itu sangat langka sehingga Soekarno bahkan harus mengimpor beras dari China, meskipun kualitasnya jelek.

Meski begitu, rakyat terpaksa tetap mengantri untuk mendapatkan beras tersebut. Kelangkaan ini mencapai puncaknya pada tahun 1966 ketika kondisi inflasi mencapai 650%. Soekarno akhirnya menghentikan impor beras karena ketiadaan cadangan devisa, membuat beras semakin langka.

Pada akhirnya, berkat gelombang demonstrasi menuntut penurunan harga bahan pokok dan lengsernya Soekarno dari kepresidenan karena terjadinya intrik politik elite negara.